Disfungsi Ereksi (DE) merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Tetapi kini, pria semakin mau berdiskusi mengenai hal ini, bahkan tak lagi malu mencari solusi terapi pengobatannya.
Hal ini terkait dengan ketersediaan obat dan informasi yang akurat mengenai ereksi suboptimal dan pengobatannya. Memahami kenyataan tentang DE adalah komponen penting dalam upaya menghilangkan hambatan untuk mencari kesembuhan.
Ada sebuah anggapan salah atau mitos menyatakan, kesulitan ereksi adalah hilangnya ketertarikan seks, atau kehilangan tenaga atau mandul. Padahal faktanya, sebagian pria dengan kesulitan ereksi masih memiliki gairah dan keinginan untuk mendapat orgasme dan mengalami ejakulasi cairan semen.
Kesulitan ereksi terkait dengan kemampuan membuat atau mempertahankan ereksi dan tidak berarti kehilangan minat seks atau menjadi mandul. Mendapat kesulitan ereksi tidak berhubungan dengan kekuatan, kejantanan, atau keinginan dari sang pria.
Bedakan pula dengan masalah ejakulasi dini. “Pria dengan masalah ejakulasi dini bisa ereksi, tapi tidak mampu mengontrol ejakulasinya,” tegas androlog Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS pada talkshow “Kebahagiaan Seksual Semu Ereksi Sub-optimal” yang diselenggarakan PT Pfizer Indonesia di Jakarta Theatre, Jakarta, belum lama ini.
Terapi Disfungsi Ereksi
Idealnya dalam hubungan seks, pria bisa mempertahankan ereksi cukup bagus hingga pasangannya bisa meraih orgasme. Jika pasangan mengalami masalah DE, maka terapi yang diperlukan untuknya, pertama adalah pemeriksaan atau konseling. Pada tahap ini, dokter akan mencari jenis DE yang dialami pasien dan memastikan apakah betul masalahnya adalah DE.
“Belum tentu disfungsi ereksi, sebab bisa jadi hambatan dorongan seks atau libido terganggu. Untuk masalah itu, penanganannya tidak seperti disfungsi ereksi, bukan dengan Viagra. Sebab, masalahnya pada gairah seksnya,” imbuhnya.
Kemudian, dokter akan mencari penyebab masalah hingga akhirnya bisa ditemukan obat tepat untuk DE pasien. Dan untuk mengatasi masalah DE, Viagra adalah salah satu obat yang bisa dikonsumsi. Sekali lagi, Viagra diindikasikan untuk gangguan ereksi, bukan libido rendah. Viagra untuk memperbaiki fungsi ereksi.
“Jika dengan Viagra masalah ereksi tidak juga terselesaikan, alasannya bisa karena masalah pria tersebut bukan disfungsi ereksi, dosis obat tidak tepat, atau tidak adanya rangsangan seks sebab Viagra baru bekerja setelah ada rangsangan. Karenanya mengonsumsi Viagra harus dengan resep dokter,” papar Wimpie.
Disfungsi Ereksi Tak Ada Kaitan dengan Libido Rendah
artikel paling disukai
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar